Menulis cerpen (cerita pendek) dapat menjadi permulaan karir yang baik sebagai penulis fiksi.
Menulis cerita yang sangat panjang, seperti novel pastilah lebih membutuhkan waktu dan tenaga
yang cukup banyak. Belum lagi mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Cerita pendek
dapat menjadi terobosan dalam karir menulis. Lebih banyak alternatif bagi penulis cerita pendek
untuk dikenal, daripada novel. Majalah dan koran banyak yang menerima cerita pendek. Blog
bisa juga menjadi alternatif dimuatnya cerita pendek di internet. Seringnya nama penulis muncul
dalam cerita pendek yang dimuat di berbagai majalah dan koran, bisa menjadi pertimbangan
positif bagi penerbit, bila penulis tersebut menyodorkan naskah cerita yang lebih panjang seperti
novel ke penerbit.
*******************************************************************************
Menulis cerita yang sangat panjang, seperti novel pastilah lebih membutuhkan waktu dan tenaga
yang cukup banyak. Belum lagi mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Cerita pendek
dapat menjadi terobosan dalam karir menulis. Lebih banyak alternatif bagi penulis cerita pendek
untuk dikenal, daripada novel. Majalah dan koran banyak yang menerima cerita pendek. Blog
bisa juga menjadi alternatif dimuatnya cerita pendek di internet. Seringnya nama penulis muncul
dalam cerita pendek yang dimuat di berbagai majalah dan koran, bisa menjadi pertimbangan
positif bagi penerbit, bila penulis tersebut menyodorkan naskah cerita yang lebih panjang seperti
novel ke penerbit.
*******************************************************************************
Aku Ini Guru Bukan Wasit Tinju
karya Yunarko Budi Santoso
Sekolah Alam begitulah julukan orang-orang dekatku yang begitu perhatiannya dengan Sekolah ini. Disain sekolah ini yang memang tidak standar dengan Sekolah Negeri membuat banyak pertanyaan, dan ini bukan semata Sekolah swasta biasa tetapi Sekolah ini membina dan mendampingi dalam mengembangkan potensi anak menuju kepribadian islami dengan keteladanan melalui proses tadabbur Al-Quran dan tafakur alam.
“Assalamu’alaikum Abad?”tanya ustad Yun.
“Wa’alaikumsalam. Bagaimana kabarmu?semangat untuk hari ini ya!”Jangan lupa piketmu hari ini. Abad murid kelas VB, pintar dan juara itu ciri khas dia. Berbagai perlombaan dia juarai, tapi sayang dia mudah marah.
Ini Sekolahku mengajar, SDIT Alam Nurul Islam. Sejak kelas 6 SD aku tinggal di Jogja sampai dengan sekarang akhirya aku menjadi seorang guru di Sekolah tercintaku ini. Kelas V menjadi singgahanku mendidik murid dalam belajar tahun ini, semua yang aku temukan di Sekolah menjadi hal yang menarik untuk pembelajaran siswa.
Jumlah muridku 62 orang dan terbagi dalam tiga kelas, dua kelas berisi masing-masing 20 siswa dan sisanya 22 siswa. Tahun ini aku membersamai 22 siswa, benar-benar ini sebuah tantangan. Kelas V memang memiliki beragam keunikan, putra yang semangat dan kompak serta putri yang penyayang juga ceria dengan teman lain.
Aku selalu berusaha menjadi guru yang terbaik untuk siswaku semua, bukan hanya semata guru yang menjadi wasit tinju. Anak-anak yang sangat familiar denganku membuat kegiatan belajar menjadi asyik, terpakut 15 tahun dari umur muridku dan seorang kakakpun biasa dijuluki oleh mereka.
“Ustad hari ini belajar apa?”Nadif bertanya dengan tersenyum.
“Kita belajar Bahasa Indonesia.”sekarang keluarkan buku tulis kalian.
“Ustad pelajarannya tidak usah terlalu lama ya!”Abyan dengan semangatnya berkata.
“Ada apa, mau apa kamu pelajaran saja belum malah minta istirahat.”Ah sek penting bal-balan Ustad ndak lapangane selak dinggo. Siswa putra berseru.
Sungguh polemik yang sangat mengagetkan bagi saya, belajar saja belum tetapi anak-anak memintaku untuk menyudahinya. Ini menjadi pertanyaan yang besar. Berpindah di kelas lain, kelas VC yang mengungguli jumlah muridnya kebetulan saya wali kelasnya.
“Ustad, sekarang menulis tidak?” ya kita belajar Membandingkan isi 2 Teks. Sampai dengan pelajaran berakhir kami belajar dengan kondunsif.
“Anak-anak sekarang waktunya istirahat”.
Saya senang ketika pelajaran tadi, belajar dengan baik dan pertemanan dengan mereka juga baik, tetapi diperjalanan semester dua ini banyak masalah yang sering menimpa anak-anak sampai pertengkaranpun tidak dapat dihindari. Abad si ringan tangan, anak ini memiliki tempramen yang tinggi ketika bermain sepak bola terjatuh oleh Abyan dan emosipun terjadi, Abad dengan sesukanya melayangkan tangan ke muka Abyan, mereka saling berkelahi.
“Hentikan!Apa yang kalian lakukan?”.
“Abyan duluan menjoroki saya ustad!” bukan, Abad tangannya mukul dada saya”.
“Sudah ikut Ustad ke kantor!”.
Berganti hari ketika itu mendung menyelimuti dipagi hari, apakah hari ini akan tak seindah kemarin di mana canda tawa membersamai seharian penuh. Sungguh menyenangkan pembukaan kelas diawali dengan solat Dhuha berjamaah, Almaksurot pagi dilanjutkan dengan Tahfidz Quran juga lancar, melihat anak-anak berlarian bermain di halaman sekolah, pelajaran di kelas menyenangkan, ternyata perkiraanku salah mendung tidak berarti hujan.
“Assalamu’alaikum anak-anak”tanya Ustad?, apa kabar kalian hari ini. Alhamdulillah, selalu ceria, tetap semangat, Allahuakbar! Anak-anak menjawab dengan ceria. Kelas VC sekarang menjadi awal di mana aku memulai pelajaran. Pelajaran Bahasa Indonesia sepertinya menjadi hal yang menarik bagi mereka, ya materi imbuhan me- sangatlah mudah mereka pahami.
“Ustad sudah mau habis waktunya!”seru Ageng.
“Ya, setelah ini kalian Olahraga, segera persiapan kalian sudah ditunggu di lapangan”, anak-anak segera berlarian dengan gembira.
Dilihat dari kejauhan, betapa senangnya mereka, berlari mengejar bola, menyoraki kemenangan, ya permainan sepak bola menjadi kegemaran mereka. Tetapi sayangnya hal ini berakhir dengan ayunan tangan abad tepat di muka Hafidz. Kembali lagi Abad berkelahi dengan Hafidz murid VA, bermula Hafidz yang mengahalangi pandangan Abad.
“Hentikan!”kata Ustad.
“Abad dorong saya ustad, sampai saya terjatuh”.
“Hafidz menghalangi pandangan saya, disuruh minggir malah ga mau”.
“Sudah, semua salah!”, nanti dijelaskan di kantor.
Rasa gundah ini tidak pernah berhenti, rasa sabar yang tak henti-hentinya ketika Sang Guru mendidik anak muridnya untuk selalu tertanam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt, berpikir ilmiah dan memiliki jiwa kepemimpinan. Sekolah Alam tidak mengajarkan kalian seperti ini. Abad, Abyan, Hafidz mereka duduk bersama mendengarkan penjelasan Ustad.
Allah swt mengajarkan kita untuk saling mengasihi dan menyayangi sesama muslim, dalam Hadist mengatakan bahwa Rosullulah saw bersabda, “seorang diantara kalian tidak dikatakan beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, “Mengapa yang kamu tonjolkan hanya kemarahanmu saja nak?”tanya Ustad. Islam mengajarkan kamu jangan marah, zaman Rosullulah saw ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw, “Berilah aku wasiat.” Rosullulah saw bersabda, “Jangan marah!” Beliau mengulang-ulang beberapa kali ucapan, “Jangan marah!”
Tatapan mereka kosong, tampak sekali penyesalan yang dalam dari diri mereka. Air mata ketiga anak itu pun tak dapat dibendung. Abad mulai mengayunkan tangannya tapi tidak memukul melainkan bersalaman dengan Abyan dan Hafidz. Terucapkan permohonan maaf dari mereka dan wajah tersenyum, tertawa kembali muncul.
Alhamdulillah, ketika memang anak butuh pemahaman lebih maka tugas Guru menjadi garda depan. Harapan yang tidak kosong selalu membayangiku, akankan pertengkaran kembali terjadi setelah ini, melangkah mendekati jendela menatap luar sana, Subhanallah betapa cerianya mereka bertiga semakin bersahabat berlarian. Ketika masa anak-anak hal yang paling menarik dari diri mereka adalah kenangan.
Ceritakanlah wahai anak-anakku kenangan kalian dimasa SD kelak, ada seratus kisah dan ada seribu jawaban yang akan terkuak. Yakinlah pada dirimu bahwa kau seorang ilmuwan yang dapat menggegam dunia.