Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.
Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di Harian Republika Jakarta
(1993-2010). Di Republika ia lebih banyak dipercaya sebagai Redaktur Sastra, namun sempat juga menjadi Koordinator Desk Opini dan Budaya, serta Asisten Redaktur Pelaksana. Karier strukturalnya tidak begitu ia perhatikan, karena kesibukannya dalam menulis karya kreatif, mengelola acara-acara sastra, dan mengisi berbagai workshop, diskusi, pentas baca puisi, serta seminar sastra di berbagai kota di tanah air dan mancanegara. Dalam perjalanan karier terakhirnya (di Republika), aktivitas sastra memang lebih banyak menyedot kecintaannya daripada kerja jurnalistik.
Setelah sekitar 17 tahun menjadi wartawan (dengan inisial ayh) dan redaktur sastra Harian Republika, sejak Maret 2010 Ahmadun lebih aktif sebagai ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk periode 2010-2013. Ini adalah untuk kedua kalinya ia menjadi anggota DKJ. Tahun 2006 ia pernah terpilih menjadi anggota DKJ (untuk periode 2006-2010) namun hanya dijalaninya beberapa bulan dan mengundurkan diri. Sebagai sastrawan (penyair), ia sering diundang untuk membacakan sajak-sajaknya maupun menjadi pembicara dalam berbagai pertemuan sastrawan serta diskusi dan seminar sastra nasional maupun internasional.
Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta ini menyelesaikan S-2 jurusan Magister Teknologi Informasi pada Universitas Paramadina Mulia, Jakarta, 2005. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1995), dan ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 1999-2002). Tahun 2003, bersama cerpenis Hudan Hidayat dan Maman S. Mahayana, ia mendirikan Creative Writing Institute (CWI). Tahun 2007 terpilih sebagai Ketua Umum Komunitas Cerpen Indonesia (KCI, 2007-2010). Tahun 2008 terpilih sebagai Ketua Umum Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Ahmadun juga pernah menjadi anggota Dewan Penasihat dan anggota Mejelis Penulis Forum Lingkar Pena (FLP). Tahun 2010, bersama sejumlah sastrawan Jakarta, mendirikan Yayasan Sastra Indonesia -- Yayasan Cinta Sastra -- dan diamanati menjadi ketuanya. Saat ini ia juga sedang mengembangkan usaha jasa percetakan dan penerbitan buku dengan bendera Jakarta Publishing House -- PT Media Cipta Mandiri (MCM).
Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
- Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
- Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
- Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986),
- Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
- Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997),
- Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
- Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997),
- Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung Pustaka, 2004),
- Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004),
- Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004),
- The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005),
- Resonansi Indonesia (kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006),
- Koridor yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta Publishing House, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar