Senin, 16 Mei 2011

Linus Suryadi AG

Linus Suryadi Agustinus (lahir di Trimulyo, Sleman, Sleman, 3 Maret 1951 – meninggal di Yogyakarta, 30 Juli 1999 pada umur 48 tahun) adalah penyair Indonesia. Tokoh yang lahir di Dukuh Kadisobo ini pernah bekerja sebagai redaktur kebudayaan pada harian Berita Nasional (1979-1986) di Yogyakarta. Selain itu juga pernah aktif dalam Dewan Kesenian Yogyakarta antara tahun 1986-1988. Ia juga menjadi pemimpin redaksi majalah Citra Yogya pada tahun 1987-1999.
BAGI masyarakat sastra Indonesia, siapa tidak mengenal Linus Suryadi AG. Pria berkelahiran Kadisobo (Sleman, 3 Maret 1951) tersebut lebih dikenal sebagai penyair lirik. Ini dapat dilihat melalui puisi-puisi liriknya yang terkumpul dalam antologi tunggalnya: Rumah Panggung (Nusa Indah, Ende-Flores, 1986) dan Kembang Tanjung (Nusa Indah, Ende Flores, 1988).
Di samping berhelat dengan puisi, penyair yang mengeditori Antologi Puisi 32 Penyair Yogyakarta ‘Tugu’ (DKY dan Barata Offset, 1986) dan Antologi Puisi Indonesia Modern ‘Tonggak’, 4 jilid (Gramedia, Jakarta 1987) tersebut banyak berhelat dengan karya esai, antara lain: Regol Megal-Megol (Andi Offset, Yogyakarta 1992), Nafas Budaya Yogya (Bentang Budaya Yogyakar-ta, 1994), Dari Pujangga dan Penulis Jawa (Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1995) dll.
Saya tidak dapat menolak persepsi publik sastra, bahwa prosa lirik ‘Pengakuan Pariyem’ (Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1981) merupakan karya masterpiece-nya. Hingga karya tersebut di-Belanda-kan ke dalam De Bekentenk van Pariyem oleh Marjanne Fermorhuizen (Manuc Amici. Amsterdam, Belanda 1985). Atas dukungan UNESCO, karya tersebut pula di-Perancis-kan ke dalam Les Confession de Pariyem oleh Dr. Henri Chambert-Loir dan di-Inggris-kan ke dalam Pariyem’s Confession oleh Mary-Lindsay.
Melalui prosa lirik Pengakuan Pariyem, saya menangkap bahwa Linus memiliki perhatian besar terhadap kehidupan wanita. Di samping itu, perhatian Linus terhadap kehidupan wanita tercermin lewat karya-karya puisinya. Kehidupan wanita yang tidak hanya dari kelas menengah atau elite, melainkan kelas bawah dengan berbagai berprofesinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar