Senin, 21 Maret 2011

Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Terancam Ditutup


Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin adalah tempat pendokumentasian arsip kesusastraan nasional Indonesia yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Pusat dokumentasi ini didirikan oleh H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976.
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin ini dimulai sebagai dokumentasi pribadi H.B. Jassin, sang tokoh sastra yang dijuluki sebagai Paus Sastra Indonesia. Jassin menggeluti pendokumentasian sastra ini dengan dana dan tenaga yang serba terbatas sejak ia mengembangkan minatnya akan dunia sastra dan pustaka pada tahun 1930-an, ketika usianya belum lagi 30 tahun.
Dokumentasinya ini menggugah perhatian Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin yang akhirnya turun tangan untuk ikut memelihara kelestariannya agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Karena itulah Ali Sadikin kemudian memberikan tempat kepada H.B. Jassin di salah satu gedung yang terdapat di Taman Ismail Marzuki sebagai lokasi Pusat Dokumentasi ini.
Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin didirikan pada 28 Juni 1976. Sejak tahun anggaran 1977/1978, Pemerintah Daerah DKI Jakarta memberikan subsidi kepada yayasan ini yang kemudian berganti nama menjadi Pusat Dokumentasi Sastra. Sementara itu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga ikut mendukung pembiayaan lembaga ini tahun anggaran l983/l984. Ada pula sumbangan-sumbangan lain dari para donatur tidak tetap.
Lokasi Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin terletak di Lantai 2 Gedung Galeri Cipta II di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya No 73, Jakarta Pusat.


 Jakarta Berita menyedihkan datang dari dunia sastra. Pusat dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia, HB Jassin terancam ditutup karena kekurangan dana.

Hal tersebut disampaikan seniman Sitok Strengenge dan pelaku sastra lainnya, Eka Kurniawan. Mereka sangat prihatin dengan kondisi tersebut karena PDS HB Jassin adalah salah satu aset nasional yang perlu mendapat perhatian pemerintah.

PDS HB Jassin didirikan oleh pengarang, penyunting, dan kritikus sastra H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976. Saat ini, lebih dari 48 ribu dokumen sastra yang terdapat di PDS HB Jassin. Di tempat itu, tersedia ruang baca yang terbuka untuk publik.

Eka mengaku sangat mengandalkan PDS HB Jassin untuk mendapatkan referensi jika ingin menulis esai. Selain koleksi sastra pribadi dari HB Jassin, terdapat juga draft naskah, buku sastra, kartu pos dan tulisan tangan karya sastra Chairil Anwar.

"Di situ koleksinya sangat langka, ada tulisan tangan Chairil Anwar. Saya juga waktu nulis naskah, nyari esai Asrul Sani itu susah banget. Buku-buku atau artikel tentang dia hampir nggak ada. Dapetnya ya di HB Jassin," ujar Eka saat berbincang dengan detikhot via telepon, Sabtu (19/3/2011).

Penulis novel 'Cantik itu Luka' tersebut melanjutkan, selain membutuhkan dana, PDS HB Jassin juga memerlukan penambahan fasilitas yang memadai. Karena jika penyimpanan dokumen tersebut tidak benar, maka akan gampang rusak atau hancur.

Selama ini, sumber dana untuk pengelolaan PDS HB Jassin berasal dari pemerintah. Karena tidak bersifat komersial, PDS HB Jassin yang terletak di Taman Ismail Marzuki itu amat bergantung pada subsidi.

"Akibat kurangnya subsidi itu, yang bahkan tak cukup untuk bayar listrik dan pemeliharaan fasilitas, #PDS hampir tak mungkin bertahan," tulis Sitok lewat akun Twitternya.

Jika PDS HB Jassin tidak mampu bertahan, bagaimana nasib genarasi muda di masa yang akan datang untuk mengetahui sejarah sastra bangsanya? Mengutip kalimat dari mantan Presiden Soekarno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat dan menghargai sejarahnya. "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah," ucap Bung Karno.
(ich/ich) www.detikhot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar